Atraksi Menarik Domba Raksasa Semarakkan Garut Festival


Atraksi menarik Domba Raksasa, selama ini dikenal dengan sebutan “Raja Domba Garut ” (Raja Dogar) berlangsung, Kamis, diiringi ritme dinamis musik tradisional Sunda, salah satu agenda menyemarakkan penyelenggaraan Gebyar Garut Festival 2012, pada 11-15 April.
Berikut Sosok Domba Garut, antara lain dilatarbelakangi usaha ternak domba di kabupaten setempat telah lama diusahakan petani ternak pedesaan, hampir
tersebar di seluruh kecamatan, baik sebagai usaha pokok maupun sampingan dipadukan usaha tani.

Karena itu, keberadaan usaha ternak domba bisa memberikan kontribusi nyata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam. Dilihat dari rata-rata tingkat kepemilikan ideal, dengan skala pemilikan ideal berkisar 20 – 50 ekor setiap peternak.
Ternak domba umumnya dipelihara tradisional berfungsi tabungan, sumber pupuk kandang serta sumber pendapatan sebagai hewan kesayangan., rata-rata tingkat kepemilikan umumnya rendah yaitu dibawah 10 ekor setiap keluarga petani. tetapi hal tersebut tak mengurangi nilai keberadaan ternak domba di masyarakat
karena keterampilan petani ternak itu, dapat diandalkan jika mereka diberi motivasi usaha dan tingkat permodalan yang memadai.
Karena selain cocok dengan lingkungan setempat, juga akrab dan menjadi tradisi turun temurun dengan masyarakat petani di daerah, khusus Domba Garut sebagai domba laga atau sebagai hewan kesayangan, biasanya dipelihara mereka yang memiliki tingkat permodalan kuat, karena harga domba ini memiliki harga sangat mahal dengan unsur seni serta keindahan ditonjolkan.
Sejalan keberadan ternak domba beredar di masyarakat selama ini, maka Pemkab  Garut menjadikan ternak domba sebagai komoditas unggulan serta menjadi kebanggaan nasional karena memiliki ciri khas yang tak dimiliki jenis/bangsa domba lainnya di dunia.
Domba Garut banyak dipelihara di pedesaan oleh para peternak Jawa Barat, karena domba tersebut lahir dengan perkembangan usaha sampai sekarang Domba Garut banyak tersebar di luar Jawa Barat seperti Sumatra Utara, Jawa Tengah namun perkembangannya belum menggembirakan.
Salah satu keistimewaan ternak Domba Garut, ternak domba jantan dengan anatomi tanduknya bermacam-macam, tubuhnya serta temperamen/sifat-sifat spesifik sebagai domba adu dan terkenal dengan domba tangkas, kini lebih dikenal dengan domba laga, karena domba adu memiliki konotasi kurang baik di masyarakat.
Dikatakan domba tangkas karena memiliki seni ketangkasan dipadukan dengan seni pencak silat, dikatakan domba laga karena berlaga di lapangan menarik perhatian orang banyak serta memiliki unsur seni indah dipandang.
Pasca berdirinya “Himpunan Peternak Domba Garut Kambing Indonesia (HPDKI) istilah “adu” dihilangkan agar tidak mengasosiasikan kata “adu” dengan permainan judi. Sebagai seni khas kebudayaan Jawa Barat terutama masyarakat Priangan, sejak jaman dahulu hingga sekarang dikenal dan digemari masyarakat banyak, karena sebagai seni dan hiburan murah meriah.

Musik pengiring Tradisional Sunda. Foto : Ist
” Seni Ketangkasan Domba “
Seni ketangkasan Domba Garut, salah satu kegemaran tersendiri disenangi serta ternak domba Garut dapat dikategorikan sebagai hewan kesayangan serta hewan kebanggaan. Domba Garut dipelihara secara khusus, artinya dengan perlakuan pemeliharaannya khusus terutama membentuk tanduk agar memiliki temperamen indah dan gagah, sehingga tercipta motto tentang domba garut, ”  Tandang di Lapang, Gandang di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang”.
Seni ini, ajang kontes memilih bibit sebagai raja dan ratu bibit ternak domba Garut, karena setiap event pertandingan ternak domba bagus sangat mendapat sorotan setiap peternak dan penggemar, dengan sendirinya ternak ini memiliki harga sangat tinggi.
Perlombaan atau kontes ternak, sarana berkumpulnya peternak dan pemilik, penggemar, tokoh Domba Garut serta perkumpulan organisasi profesi dihimpun HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia).
Pemeliharaan Domba Garut sebagai domba tangkas (laga) sejak lama dilakukan para peternak, penggemar ketangksan domba dengan perlakuan sangat istimewa serta kepemilikan domba tersebut dahulu disebut “juragan”. Peternak pemelihara harus memliki nilai jiwa seni khusus serta akrab dengan domba.
Berbagai upaya dan pengorbanan para peternak Domba Garut semata-mata diarahkan menciptakan keunggulan Domba Garut pejantan di arena perlombaan (ketangkasan), sebab domba laga unggul akan menyandang gelar juara serta mendapart nilai jual melonjak tinggi.
Karena ternak Domba Garut merupakan bagian dari ternak seni, maka setelah Domba Garut tandang di lapang, salah satu kegembiraan diraih pemilik atau pelatihnya, ketika domba tersebut mengalunkan seni sesuai irama ketukan kendang. Dalam seni ketangkasan domba jarang terjadi kecelakaan pada domba apalagi terjadi cacat atau
mati, sebab setiap pertandingan selalu diawasi Dewan Hakim,  Dewan Juri dan Wasit.
Domba Garut sebagai domba tangkas atau domba laga terbagi atas kelas Kelompok kelas A dengan berat badan 60 – 80 kg ; Kelompok kelas B dengan berat badan 40 – 59 kg ;
serta Kelompok kelas C dengan berat badan 25 – 39 kg.
Demikian pula pukulan-pukulannya dibatasi menurut pembagian kelas masing-masing, umpamanya kelas A sebanyak 25 pukulan, kelas B sebanyak 20 pukulan dan kelas C sebanyak 15 pukulan. Selain pembagian kelas tersebut, juga terdapat pembagian khusus disebut kelas pasangan, kelas pasangan dikhususkan domba yang mempunyai kriteria kesamaan warna bulu, tinggi, berat badan, keserasian tanduk, keserasian gaya pukulan dan keserasian lainnya.
Kelas ini jumlah pukulannya ditentukan 20 – 25 pukulan. Dasar penilaian dalam pertandingan inilai dari pukulan, gaya bertanding, ketangkasan bertanding, keindahan fisik, kelincahan dan stamina.
Keturunan bagus, anak domba jantan umur satu minggu kelihatan bakal tanduknya, seiring bertambahnya usia domba bertambah besar pula tanduknya. Pada saat pertumbuhan, tanduk itu tidak keluar langsung dan indah. Menjadikan seperti diharapkan memerlukan ketelatenan dan kemahiran merawat tanduk.
Beberapa pengalaman peternak merawat tanduk domba diantaranya : a. Agar tanduk berwarna hitam mengkilap, biasanya digosok kemiri ; b. Membentuk tanduk simetris, dipanaskan dahulu kemudian diurut sambil dibentuk ; c. Melatih kekuatan, keindahan tanduk diberi latihan beradu satu pekan sekali ; d. Rambut/ bulu sekitar tanduk dibersihkan ; e. Pencukuran bulu dilakukan secara rutin serta dibentuk tampak kelihatan gagah.
Pendekatan ditempuh bagaimana memberikan pengertian kepada para peternak terutama dikeluarkannya kebijakan pemerintah, khususnya Pemkab Garut, agar keberadaan dan kelestarian seni ketangkasan Domba Garut memiliki nilai budaya, yang bisa diakui segenap masyarakat, seni ketangkasan ini bukan “NGADUKEUN DOMBA” tetapi seni dimilki ternak domba yang harus dimodifikasi dan citra adu domba dengan sendirinya harus hilang dalam pandangan masyarakat luas.
Sejalan pemahaman di atas, yang harus dilakukan sebagai unsur seni mengubah suasana adu domba yang tak jelas keberadaannya dihimpun dalam wadah atau tatanan aturan dalam meningkatkan nilai tambah sebagai prestasi domba dan peternaknya.
Hal tersebut perlu dilakukan sosialisasi pemahaman terhadap seni ketangkasan yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan prestasi, sehingga seni ketangkasan Domba Garut
merupakan komoditi yang dapat dijual unsur seninya.
Karena itu diperlukan peranan pemerintah serta kumpulan peternak yang dihimpun dalam organisasi HPDKI, meningkatkan keberadaan Domba Garut agar mampu berkiprah meningkatkan pendapatan peternak sehingga peternak domba lebih maju, efisien dan tangguh menambah devisa daerah.
“Spesifikasi Ternak Domba Garut’
Menurut para pakar domba seperti Prof Didi Atmadilaga dan Prof Asikin Natasasmita, Domba Garut hasil persilangan antara domba lokal. Domba Ekor Gemuk dan Domba Merino dibentuk sekitar  pertengahan abad ke 19 (±1854), dirintis Adipati Limbangan Garut, sekitar 70 tahun kemudian (1926). Domba Garut menunjukan suatu keseragaman.
Bentuk tubuh Domba Garut hampir sama dengan domba lokal dan bentuk tanduk yang besar melingkar diturunkan dari Domba Merino, tetapi Domba Merino tidak
memiliki “insting” beradu.
Berat badan domba bisa mencapai 40 sampai 80 kg. Menurut beberapa ahli, Domba Garut selain memilki keistimewaan juga sebagai penghasil daging sangat baik dalam upaya meningkatkan produksi ternak domba.
Jenis Domba Garut tergolong jenis domba terbaik, bahkan perdagangannya dan paling cocok serta menarik perhatian banyak masyarakat, mudah dipelihara petani kecil karena relatif lebih mudah pemeliharaannya dan lebih cepat menghasilkan serta mudah diuangkan.
“Sejarah Domba Garut”
Domba Garut sesuai namanya berasal dari Kabupaten Garut tepatnya di daerah Limbangan, kemudian berkembang dan kini menyebar ke seluruh pelosok Jawa Barat khususnya dan seluruh Indonesia umumnya.
Bentuk umum Domba Garut, tubuhnya relatif besar dan berbentuk persegi panjang, bulunya panjang dan kasar, tanduk domba jantan besar dan kuat serta kekar ( merupakan modal utama dalam seni ketangkasan domba).
Keistimewaan dengan tanduk besar melingkar ke belakang dan bervariasi, badan padat, agresivitasnya tinggi sehingga memilki temperamenindah dan unik. Ciri khas Domba Garut pangkal ekornya kelihatan agak lebar dengan ujung runcing dan pendek, dahi sedikit lebar, kepala pendek dan profil sedikit cembung, mata kecil, tanduk besar dan melingkar ke belakang.
Sedangkan betina tidak bertanduk, telinga bervariasi dari yang pendek (ngadaun hiris) sampai yang panjang dan memiliki warna bulu beraneka ragam. Domba Garut banyak dijumpai memiliki daun telinga rumpung, sedangkan yang memiliki daun telinga panjang dikenal dengan domba “BONGKOR” .
Untuk mendapat Domba Garut yang baik harus dimulai dari betina yang kualitasnya sangat bagus, pejantan dari keturunan Domba Garut memiliki performa baik pula. Para tokoh domba memelihara Domba Garut memiliki karakter berbeda dalam merawatnya mulai dari anakan sampai dewasa (siap tanding).
Anak Domba Garut yang dipilih dijadikan domba tangkas harus diberikan latihan beradu dan berlaga di lapangan, tanpa diberi pelatihan Domba Garut tersebut tidak akan memiliki unsur seni di lapangan, sehingga tidak indah dipandang ketika berlaga, yaitu mengenai langkah mundur dan langkah maju atau“Tembragan” atau tubrukannya tidak baik.
Hingga kini, Domba Garut tetap memiliki unsur seni digemari dan merupakan ternak kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Domba Garut sebagai domba kesayangan, setiap hari Minggu selalu diadakan kontes atu pemidangan di setiap daerah di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Garut, event ketangkasan Domba Garut digelar dalam hari besar
nasional, hari ulang tahun seperti hari jadi Garut, HUT TNI, HUT Kemerdekaan RI.
Kekeluargaan para penggemar Domba Garut khususnya di Jawa Barat diikat dengan organisasi profesi, yaitu HPDKI, sehingga setiap kali digelar mereka dengan mudah untuk melakukan pertemuan di lapangan atau tempat pemidangan, khusus dibuat sebagai event Kontes Ternak Domba Garut berlaga.
“Istilah Domba Garut”
Adeg-adeg : Kesesuaian postur tubuh mulai dari badan sampai kaki atau bentuk umum performa fisik yang dinilai dari fostur (kekokohan badan, leher dn kepala), jingjingan (bentuk, ukuran dan letak tanduk), ules (bentuk di raut muka).
Baracak : Kombinasi warna kulit domba dengan dominasi hitam atau abu-abu dan bercak-bercak kecil putih Yang tidak teratur pada sekujur atau sebagian tubuhnya.
Baralak : Jenis bulu domba yang mirip dengan bercak yang ukurannya lebih besar.
“Catur Bangga Domba Garut”
1. Ules Beungeut : Kasep, ngamenak dan ngaules
2. Mata : Kupa
3. Telinga : Rumpung, rumpung sapotong, ngadaun hiris dan ngadaun nangka saeutik
4. Tanduk : Nagbendo, golong tambang, setengah gayor, gayor, leang-leang sogong
5. Kualitas Tanduk : Poslen, waja, beusi, gebog
6. Warna Bulu : Sambung, riben sebak, belang sapi, macan, jog-jog, laken, baracak, monyet, kunyuk, Lunglum, perak, bodas apu, jogja dan riben mencenges
7. Ekor : Ngabuntut beurit, ngabuntut bagong dan ngadaun waru
8. Kanjut/ Scrotum : Laer, ngarandu dan ngajantung
9. Kaki : Mancuh, kuda, regang waru, meureup ucing. ****( Berbagai Sumber/ John ).


sumber link

0 comments:

Post a Comment

.

.