Fakta Sejarah Dibalik Air Terjun Cimanganten

Jelajah Garut 
Cimanganten merupakan salah satu nama air tejun yang berada di Desa Padamulya, kecamatan Pasir Wangi kabupaten Garut. Daerah ini masih terlihat asri juga belum tersentuh oleh polusi udara. Sepanjang mata memandang yang terlihat hanyalah keindahan hamparan bukit-bukit yang hijau. Sayangnya hanya sebagian orang yang tahu bahwa ada sejuta keindahan serta keunikan dibalik kemilau Desa Padamulya ini.

Letak Curug Cimanganten atau Cipondok (begitu orang memanggilnya) terletak tidak jauh dari jalan raya. Hanya dengan waktu 15 menit jika berjalan dari kampung Gadog, kita akan langsung disuguhkan dengan segar dinginnya air itu. Bagi orang yang memakai kendaraan bisa melewati kampung Patrol kecamatan Pasir Wangi.




Cerita asal mula air terjun ini memang berbagai versi. Namun menurut Hj. Neneng, cucu dari H. Apid Saum Luwuk (pengurus curug cimanganten). Nama cimanganten ini berasal dari kata timbanganten atau menimbang-nimbang golok dengan air. Dahulu ada seseorang yang diutus untuk menyebarkan agama islam ke tanah pasundan dengan membawa air dari Mekah di dalam sebuah kendi. Namun bu Hj. Neneng tidak mengetahui dengan jelas siapa yang membawa air itu.”Ibu teh nggak tau pasti neng siapa yang membawa air itu teh. Tapi kata Pak Asep salah seorang pengunjung yang sering datang kesini, katanya yang bawa air ini teh Sarif Musa. Ibu teh cuma tahu cerita yang kesini-kesininya neng. Cerita dari bapaknya bapak ibu aja. Jadi kurang tahu jelas siapa yang membawa air dari mekah itu” terang bu Neneng.

Di perjalanan sseseorang yang membawa air itu sangat kelelahan, akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat dibawah pohon kiara kemudian kakinya tidak sengaja menyenggol kendi yang berada di dekatnya. Akhirnya air itu terpantul ke atas kemudian tumpah. Dengan menggunakan air inilah Prabu Siliwangi menimbang serta membasuh golok (ukurannya kecil, setengah lingkaran).

Di tempat ini juga Prabu Siliwangi, Banung Tunggal beserta dua teman lainnya membuat bambu runcing yang berisi kotoran manusia untuk melawan Belanda di Batavia (yang sekarang menjadi Betawi).

Air terjun ini mempunyai tujuh air terjun. Dan masing-masing dari air terjun ini mempunyai nama. Yang pertama adalah curug cikajayaan, cikahuripan serta cipaniisan. Bu Hj. Neneng mengaku tidak tahu nama curug yang lainnya. Karena dari dulu ia hanya diberi tahu tiga saja. “Kemarin pernah tayang disalah satu acara TV. Tapi yang ibu sayangkan, kenapa si bapak itu tidak menanyakan nama curug lainnya kepada yang kesurupan itu. terus apakah raden wiijaya kusumah itu sama denga Eyang walipatih karantena atau tidak? padahal itu sangat penting kan neng?” kata Bu Neneng.

Air terjun ini merupakan salah satu air terjun keramat. Sumber airnya adalah dari pohon bukan dari gunung. Jika orang yang datang ke curug cimanganten ini bermaksud baik, maka responnyapun akan baik. Begitupun sebaliknya. (Sri/Aldi)

Pengirim Artikel :


nayza el syekia


aldi divano

0 comments:

Post a Comment

.

.